Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan jual signifikan setelah pengumuman perombakan atau reshuffle Kabinet Merah Putih oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Pada penutupan perdagangan Senin (8/9), IHSG ditutup anjlok 1,28% atau terkoreksi 100,50 poin ke level 7.766,85.
Pelemahan indeks terjadi secara drastis pada sesi sore hari. Dilansir dari data perdagangan, IHSG sebenarnya bergerak konsisten di zona hijau sejak pembukaan pasar. Namun, tren berbalik arah setelah Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi mengonfirmasi adanya agenda pelantikan jajaran menteri baru, yang memicu respons negatif dari pelaku pasar.
Tekanan paling signifikan terlihat pada saham-saham di sektor perbankan dengan kapitalisasi pasar terbesar. Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) memimpin pelemahan dengan penurunan 5,15%, diikuti oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang turun 4,06%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) minus 3,75%, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) terkoreksi 2,50%.
Menurut Analis Phintraco Sekuritas, reaksi pasar ini merupakan cerminan dari kekhawatiran investor terhadap potensi ketidakpastian dan perubahan arah kebijakan ekonomi. Pergantian di pos strategis, terutama Menteri Keuangan dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi Sadewa, menjadi sorotan utama. Purbaya sebelumnya menjabat sebagai Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
“Investor diperkirakan akan mencermati kebijakan apa yang akan ditempuh oleh pejabat baru, apakah sesuai dengan harapan pasar dan berdampak positif terhadap ekonomi,” ungkap Analis Phintraco Sekuritas dalam laporan risetnya sore ini.
Meski pasar saham bergejolak, nilai tukar rupiah justru menunjukkan performa positif. Hingga pukul 16.46 WIB, rupiah tercatat menguat 0,51% terhadap dolar AS ke level Rp16.351. Angka ini menandai kenaikan harian tertinggi rupiah sejak awal September 2025.