OpenAI, perusahaan di balik populernya ChatGPT, kini menghadapi tantangan finansial yang signifikan meskipun memiliki ratusan juta pengguna. Dilaporkan pada Sabtu (13/9/2025), perusahaan yang dipimpin oleh Sam Altman ini kesulitan mengubah basis pengguna yang besar menjadi pelanggan berbayar, sementara biaya operasional terus membengkak dan menyebabkan kerugian besar.
Masalah utama terletak pada rendahnya konversi pengguna gratis ke berbayar. Sebuah studi dari Menlo Ventures menyoroti bahwa hanya 3% konsumen yang bersedia membayar untuk langganan layanan kecerdasan buatan (AI). Survei terhadap 5.000 pengguna teknologi tersebut mengindikasikan bahwa adopsi AI berbayar dalam kehidupan sehari-hari masih menghadapi jalan panjang.
Kondisi ini menjadi krusial mengingat biaya operasional OpenAI yang sangat besar. Dilansir dari Wall Street Journal, perusahaan dilaporkan menghabiskan US60miliarpertahununtukkomputasiOracle,US18 miliar (sekitar Rp295,4 triliun) untuk pusat data, dan US$10 miliar (sekitar Rp164,1 triliun) untuk pembelian chip. Untuk menutupi pengeluaran ini, OpenAI membutuhkan ratusan juta pengguna untuk membayar layanan mereka.
Tantangan ini diperkirakan tidak akan mereda dalam waktu dekat. Sam Altman sendiri memproyeksikan perusahaan akan terus merugi hingga 2029, dengan total kerugian bisa mencapai US44miliar(sekitarRp722,3triliun)sebelum akhirnya mencetak laba. Selain itu, OpenAI juga menghadapi masalah struktural terkait perubahan statusdari organisasi nirlaba menjadi entitas komersial penuh, yang menurut Wall Street Journal menahan komitmen pendanaan sebesar US19 miliar.
Baca juga: Sam Altman Dirikan Merge Labs Jadi Neuralink